Kamis, 27 November 2008

Darmaningtyas, Putra Gunungkidul yang Sukses Menjadi Pakar Pendidikan Nasional dan Tetap Bersahaja


Oleh Suhening Sutardi (08158871863, Email: s.sutardi@gmail.com)

Perjalanan hidup Darmaningtyas, lelaki asal Gunungkidul, kabupaten paling gersang di kawasan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dapat dijadikan sumber inspirasi ihwal kesetiaan, keteguhan, ketekunan dalam menggeluti suatu bidang yang telah dipilihnya. Nama Darmaningtyas cukup tersohor sebagai pengamat pendidikan nasional dan dapat disetarakan dengan pakar pendidikan nasional bergelar doktor maupun profesor sekalipun. Padahal Darmaningtyas hanya mengantongi gelar kesarjanaan strata satu dari Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Darmaningtyas lahir 9-9-1962 di Gunungkidul. Masa kecilnya penuh keprihatinan. Dia harus mengatasi kesulitan-kesulitan hidup karena akibat miskin harta untuk dapat tetap belajar di sekolah hingga kuliah di universitas.

Sebagai tokoh yang dikenal pakar pendidikan nasional, Darmaningtyas menerjuni dunia pendidikan dengan mengawali sebagai guru honorer di SMP Binamuda dan SMA Muhammadiyah Panggang, Gunungkidul pada tahun 1982. Di SMP Binamuda itu mulai tahun 1986, dia membuat eksperimen dengan mengembangkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Pada tahun 1986 bersama beberapa kawan muda lainnya mendirikan enam TK (Taman Kanak-kanak) di Kecamatan Panggang, dan sampai sekarang masih terus berlangsung. Saat itu salah satunya dibiayai dari honor menulis. Memang kegemaran menulis di media massa cetak menjadi aktivitas yang digeluti sejak kuliah hingga sekarang. Tulisan-tulisannya secara teratur dimuat di harian nasional terkemuka dan berpengaruh, "Kompas".

Selain menulis artikel mengenai pendidikan dan transportasi, Darmaningtyas telah menghasilkan sejumlah buku. Buku terbarunya mengenai pendidikan yaitu: "Utang dan Korupsi Racun Pendidikan", diterbitkan Pustaka Yashiba, Jakarta, 2008. Juga pada akhir tahun 2008 diluncurkan buku yang ditulis bersama Edi Subkhan berjudul, "Tolak RUU BHP, Tirani Kapitalisme dalam Pendidikan", juga diterbitkan Pustaka Yashiba, Jakarta.

Buku-buku yang telah terbit lebih dahulu antara lain:
1. Pendidikan pada dan Paska Krisis, Pustaka Pelajar, 1999.
2. Pulung Gantung: Menyingkap Tragedi Bunuh Diri di Gunung Kidul, Salwa Press, 2002.
3. Pendidikan yang Memiskinkan, Galang Press, 2004.
4. Pendidikan Rusak-rusakan, LKIS, 2005.

Darmaningtyas juga aktif sebagai advisor ITDP (Institut for Transpotation and Development Policy) dan Direktur Instran (Institut Studi Transportasi). Terlibat pula dalam kepengurusan organisasi YSIK (Yayasan Sosial Indonesia untuk Kemanusiaan), Perkumpulan Praxis, CBE (Center for Betterment of Education) dan MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia).

Penampilan, watak, karakter dan sosok macam apa tokoh bernama Darmaningtyas itu dapat juga disimak dalam buku "Menyibak Watak dan Peruntungan" karya Suhening Sutardi, Pustaka Yashiba, Jakarta, Cetakan Kedua, 2008. Di buku ini digambarkan secara rinci siapakah sesungguhnya Darmaningtyas dipotret melalui tinjauan numerologis. Darmaningtyas adalah tokoh yang didominasi aura angka 9. Perhatikan tangggal kelahirannya 9-9-1962 yang bila dijumlahkan ke angka tunggal hasilnya juga 9. Periodesasi kehidupannya juga selalu 9.

Sungguh itu penggambaran yang penuh inspiratif. Kesetiaan menekuni suatu bidang dan terus bersahaja dalam kehidupan sehari-harinya menjadi teladan bagi siapapun yang mengenalnya lebih dekat. Darmaningtyas kemana pun pergi selalu menggunakan kendaraan umum. Walaupun secara ekonomi dia kemudian mampu membeli motor atau mobil, Darmanintyas tidak pernah membelinya. Darmaningtyas lebih senang membantu orang-orang yang kesulitan keuangan dan tidak oernah menagihnya walaupun bertahun-tahun utang itu tidak dikembalikan oleh mereka yang sudah dibantunya. Darmaningtyas tetap tersenyum. Bahkan selalu memberikan uluran tangan. Itulah Darmaningtyas, sebuah nama unik dan mungkin tiada duanya.